sekadar untuk melihat aah ia berhasil dengan rencana gilanya. Setidaktidaknya barangkali ia dapat memetik hasil pada saat terakhir. Dengan pikiran itu, mengangguk tanda setuju. "Baiklah kalau begitu. Kalau Anda menangkapnya, Anda dapat memutuskan apa annya. T bagaimana kalau Anda tidak dapat menemukannya dalam tiga hari?" "Aku akan gantung diri pada pohon di kebun itu." Pagi harinya pembantu dengan wajah sangat gelisah berlari ke dapur. Terengah-engah ia berseru, "Apa sudah gila? Saya dengar dia berjanji mencari sendiri!" Mata orang-orang di dapur terbelalak. "Tidak!" "Tidak, sungguh-sungguh gila!" "Bagaimana dia akan menangkapnya?" Jawaban-jawaban konyol ketawa mengejek pun terdengar, t terdengar juga bisikan terpendam yang mengandung kekhawatiran. Ketika berita itu sampai ke telinga , ia mengangguk bijaksana dan mengatakan bahwa mulut manusia itu pintu bencana. Tet yang betul-betul paling khawatir adalah . Hanya sehari sebelumnya surat selamat tinggal melukainya. Lukanya lebih perih dibanding berita kematiannya. Ia mempercayai tunangannya itu, dan bahkan bersedia menenggang yang dahsyat itu sebagai mertua tukang perintah, demi . Kepada siapa ia harus berpaling kini? Bagi yang sudah tercebur dalam kegelapan dan keputusasaan, meruan titik terang dalam hidup ini. Sinar harapannya yang terakhir. Sehari sebelumnya, ketika ia menangis sendirian di kamar tenun, ia mengambil pisau tajam dan mengiris-iris sampai lumat kain yang sungguh-sungguh telah disulami jiwanya. la juga sudah bermaksud menghunjamkan bilah tajam itu ke dalam tenggorokannya. la sangat tergoda untuk melakukan hal itu, namun munculnya akhirnya membuyarkan maksud itu dari kepalanya. menghiburnya dan meyakinkannya agar setuju menkan , akhirnya menepuk punggungnya. Ia masih dapat merasakan hangatnya tangan kh itu ketika membimbingnya ke luar kamar tenun. Dan sekarang membuat perjanjian yang sinting. tidak begitu memedulikan keselamatannya sendiri. Yang lebih dipedulikannya adalah kemungkinan satu-satunya teman di dunia ini akan hilang juga karena usul tololnya. la merasa putus asa dan sangat tertekan. Akal sehatnya menyatakan aneh kalau ia dan dapat menemukan tempat dalam waktu sesingkat itu. bahkan sudah berani bertukar sumpah dengan si Jenggot Jarang di hadapan altar Hachiman, dewa . Ketika kembali, menegurnya dengan keras karena sikapnya yang terburu-buru itu, tet berkeras tak ada yang mesti dikhawatirkan. Katanya, tujuannya adalah meringankan beban kampung, mengamankan kembali lalu lintas di jalan raya, dan mencegah berlangsungnya terus pemborosan hidup manusia. Mengingat jumlah nyawa yang dapat diselamatkan kalau bisa cepat ditangkap, nyawanya sendiri tidaklah begitu penting. pun meminta agar beristirahat sebanyakbanyaknya menjelang malam hari berikutnya, saat mereka berangkat. harus ikut tanpa mengeluh, dan percaya penuh padanya. sudah terlampau bingung untuk menolak,
7 tahun yang lalu